Rabu, 07 Juli 2010

"Tiki Taka", Tak Semua Bisa Melakukannya


DURBAN, KOMPAS.com — Kemenangan Spanyol atas Jerman pada semifinal Piala Dunia 2010 menjadi bukti nyata akan keberhasilan sepak bola yang mengutamakan penguasaan bola. Tidak semua negara bisa melakukannya.
Sepak bola tiki taka, begitulah gaya main Spanyol. Gaya ini mengharamkan bola menganggur lama di kaki pemain. Begitu mendapat bola, jugador Spanyol akan segera menyusun formasi agar bola bisa mengalir pendek dari kaki ke kaki.
Tim dengan gaya ini akan memainkan umpan-umpan pendek atau sedang, ketimbang mengirim bola jauh-jauh ke depan. Lihatlah statistik Spanyol di situs FIFA. Dalam enam laga, "La Roja" total melahirkan 4.206 umpan atau 701 setiap laga. Taruhlah setiap pertandingan ada 14 orang yang bermain untuk Spanyol, artinya setiap pemain akan mengoper sebanyak 50 kali di lapangan.
Dari jumlah itu, 948 umpan pendek (rata-rata 158 per laga) dan 2.627 operan sedang atau 438 umpan per tanding. Dua-duanya menghasilkan akurasi lebih dari 80 persen. Umpan jarak jauh hanya 631 kali atau 105 tendangan tiap laga dan hanya 64 persen akurat.
Apa yang membuat para "Matador" ini begitu mengagungkan permainan yang membutuhkan permainan rapat seperti ini? "Segera setelah kami menguasai bola, kami merasa nyaman," kata Pelatih Vicente del Bosque.
Ya, dengan menguasai bola sesering mungkin, peluang menciptakan gol pasti lebih banyak. Tim yang mendominasi permainan tentu juga bisa membuat lawan frustrasi karena jarang mendapat bola dan tentunya jarang menyerang kecuali menyerang balik.
Jerman adalah korban kesekian dari permainan itu. Pada laga semifinal semalam, Jerman sebetulnya hampir mengimbangi penguasaan bola Spanyol. "Die Mannschaft" mendapat jatah 49 persen alur bola, sisanya milik Spanyol.
Hitungan statistik itu bisa menghasilkan hal berbeda di lapangan. Ketika mendapat bola, Jerman kesulitan membangun serangan. Itulah bedanya Jerman dan Spanyol.
"Tidak setiap negara bisa bermain dengan gaya seperti ini. Anda harus memiliki pemain yang cocok untuk (sistem) itu," kata asisten pelatih Jerman, Oliver Bierhoff.
"Hari ini Anda melihat Spanyol masih memiliki pemain hebat yang dapat mempertahankan bola. Kami kurang umpan-umpan akurat. Hari ini mereka lebih baik," tambahnya.
Apakah tiki taka akan menjadi raja pada turnamen ini? Belum tentu juga. Ingatlah permainan Spanyol pada awal penyisihan grup. Dengan pengusaan bola lebih dari 60 persen, Iker Casillas dkk malah kalah 0-1 dari Swiss. Gol tunggal itu lahir dari sebuah serangan balik cepat.
Ingat pula sepak bola tiki taka di Barcelona musim lalu. Dominasi mereka terpatahkan oleh taktik defensif dan serangan efisien ciptaan Jose Mourinho di Inter Milan.
Kekalahan seperti itu tidak mengkhawatirkan para pemain Spanyol. "Kami hidup dan mati dengan cara ini. Kami tidak tahu cara bermain yang lain. Jadi, kami akan melakukan hal yang sama pada final dan semoga kami punya keberuntungan untuk menang," kata gelandang Spanyol, Andres Iniesta. Bersama Xavi dan Pedro, Iniesta menjadi pemain yang paling banyak memainkan bola di lapangan tengah pada laga semalam.

Pada final nanti, Spanyol akan melawan Belanda, negeri yang dikenal memainkan sepak bola total football. Akan menarik menyaksikan pertemuan kedua gaya ini di lapangan.


sumber,worldcup.KOMPAS.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar